Pengaruh Pakan terhadap Kandungan Lemak Unggas serta Dampak Pengolahan Lemak Unggas terhadap Sifat Fungsional dan Keamanan Pangan

Pengaruh Pakan terhadap Kandungan Lemak Unggas serta Dampak Pengolahan Lemak Unggas terhadap Sifat Fungsional dan Keamanan Pangan




Tugas Kimia Pangan

Usaha peternakan ayam pedaging memiliki potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat melalui
produksi daging. Performa produksi ayam pedaging dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan yang efisien, lingkungan, serta obat-obatan yang tepat. Namun, terbatasnya ketersediaan bahan pakan lokal menjadi tantangan utama dalam usaha peternakan unggas. Bahan baku pakan seperti bungkil kedelai, jagung, dan tepung ikan sebagian besar masih diimpor, yang menyebabkan tingginya biaya produksi. Menurut penelitian [1], pakan menyumbang sekitar 70% dari total biaya produksi unggas, sehingga perlu adanya efisiensi dalam penggunaan bahan pakan agar dapat meningkatkan produksi ternak secara optimal. Salah satu solusi untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan limbah bernutrisi tinggi yang tersedia secara melimpah, seperti ampas susu kedelai (SMW).

SMW merupakan limbah dari industri susu kedelai yang mengandung nutrisi seperti protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kalsium, dan fosfor yang bermanfaat sebagai sumber pakan. Namun, penggunaannya terbatas pada persentase kecil dalam ransum unggas karena kandungan serat kasarnya yang tinggi dan adanya senyawa antinutrisi seperti asam fitat. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SMW melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme, seperti Jamur Aspergillus ficum, dapat menurunkan kadar serat kasar dan asam fitat sehingga SMW dapat dimanfaatkan lebih optimal dalam ransu ayam pedaging .

Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan daging dan telur yang rendah lemak dan kolesterol, peternak unggas dituntut untuk menyediakan produk unggas dengan profil lemak yang lebih sehat, yaitu yang kaya akan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menambahkan bahan pakan yang kaya PUFA, seperti minyak kanola, minyak biji rami, dan minyak ikan, atau tanaman lokal seperti gooseberry bintang (Sauropus androgini) yang diketahui mengandung berbagai metabolit sekunder dengan sifat antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi. Pemberian ransum berbahan dasar daun gooseberry kering yang difermentasi dapat meningkatkan kadar PUFA dan menurunkan kadar kolesterol dalam daging dan telur unggas .

Di Indonesia, penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan telah dilarang sejak 2018 karena risiko resistensi antibiotik. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan alternatif antibiotik alami, seperti herba lokal yang difermentasi. Herba lokal seperti bunga mahkota, pakis, dan serai wangi dapat diformulasikan sebagai probiotik yang berpotensi mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang baik bagi kesehatan saluran pencernaan unggas. Bakteri BAL, seperti Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium sp., memiliki peran penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan meningkatkan sistem imun unggas .

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan SMW fermentasi, bahan pakan dengan kandungan PUFA tinggi, serta herba lokal fermentasi terhadap performa produksi ayam pedaging, komposisi asam lemak pada daging dan telur, serta kesehatan saluran pencernaan unggas.

Metode Penelitian

1.     Persetujuan Etik

Penelitian ini telah memperoleh persetujuan etik dengan nomor 350/UN52.8/KL/2023.

2.     Desain Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali pengulangan (untuk ayam) dan 4 perlakuan dengan 4 ulangan (untuk bebek).

Perlakuan untuk ayam meliputi:

·       A1: Pakan berbentuk tumbuk

·       A2: Pakan berbentuk pelet

·       A3: Pakan berbentuk pelet dengan perekat

Perlakuan untuk bebek meliputi jumlah pemberian pakan pada waktu yang berbeda (1 kali, 2 kali, 3 kali, dan 4 kali sehari).

 3. Prosedur Penelitian

-       Bahan pakan berasal dari limbah pertanian yang dicampur menjadi pakan dengan tiga bentuk: tumbuk, pelet, dan pelet dengan perekat.

-       Ayam diberi masa adaptasi 5 hari, kemudian diberi pakan sesuai perlakuan selama masa pertumbuhan (hingga umur 35 hari).

-       Total ayam yang digunakan adalah 45 ekor untuk penelitian ayam, dengan tiap perlakuan diulang 3 kali. Sementara pada bebek, terdapat 100 ekor yang dibagi dalam 25 kandang.

4. Parameter yang Diukur

-       Kecernaan energi metabolis: Mengukur konsumsi energi, ekskresi energi, dan retensi energi.

-       Kecernaan lemak: Mengukur konsumsi lemak kasar, ekskresi lemak kasar, dan retensi lemak kasar.

-       Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah konsumsi, ekskresi, dan retensi energi atau lemak kasar yang diterima atau dikeluarkan oleh ayam atau bebek.

 5. Bahan Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan fase Finisher Pellet P11G untuk ayam. Pada penelitian bebek, ada tambahan ekstrak daun gooseberry bintang yang ditambahkan ke dalam ransum perlakuan dengan konsentrasi yang bervariasi (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%).

6. Analisis

Semua data penelitian dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS.

7.Prosedur Ekstraksi dan Analisis Lipid

Lipid telur dianalisis menggunakan metode ekstraksi dengan eter, kolesterol menggunakan metode Kleiner dan Dotti, dan komposisi asam lemak dengan kromatografi gas.

Hasil dan Pembahasan

1.     Definisi Lemak Unggas

Lemak unggas merujuk pada lemak yang berasal dari berbagai jenis unggas, seperti ayam, bebek, kalkun, dan burung lainnya. Lemak ini biasanya ditemukan di bawah kulit unggas atau di sekitar organ tubuhnya, berfungsi sebagai cadangan energi bagi hewan tersebut. Karakteristik utama lemak unggas adalah titik leleh yang relatif rendah, yang memungkinkan lemak ini meleleh dengan cepat saat dipanaskan. Dalam dunia kuliner, lemak unggas sering digunakan untuk memberi rasa gurih dan kelembutan pada daging unggas, serta meningkatkan tekstur pada masakan. Lemak unggas bisa dimanfaatkan dalam berbagai cara, seperti untuk menggoreng, menumis, atau sebagai bahan penyedap dalam sup, saus, dan hidangan lainnya. Salah satu jenis lemak unggas yang paling umum digunakan adalah lemak ayam. Lemak ayam diperoleh sebagai produk sampingan dari proses pengolahan atau penyangraian ayam, yang terkumpul di bawah kulit atau di sekitar organ tubuh ayam. Keistimewaan lemak ayam terletak pada kandungan asam linoleatnya yang tinggi, yaitu asam lemak omega-6. Kadar asam linoleat dalam lemak ayam berkisar antara 17,9% hingga 22,8%, menjadikannya salah satu sumber utama omega-6 dari produk hewani. Omega-6 sangat penting bagi tubuh, namun konsumsi berlebihan tanpa keseimbangan dengan asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, terutama terkait dengan kesehatan jantung. Oleh karena itu, meskipun lemak ayam memiliki manfaat, penting untuk mengonsumsinya dengan bijak.

Selain digunakan dalam masakan, lemak ayam juga memiliki berbagai aplikasi lain. Lemak ayam sering dimanfaatkan dalam pembuatan makanan hewan peliharaan, sebagai bahan tambahan yang memberi energi dan nutrisi bagi hewan tersebut. Selain itu, lemak ayam telah digunakan dalam industri energi, terutama untuk produksi biodiesel. Salah satu cara untuk mengubah lemak ayam menjadi biodiesel adalah melalui proses pengolahan metanol superkritis. Proses ini memungkinkan lemak ayam diubah menjadi biofuel, yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan berbagai manfaat tersebut, lemak ayam tidak hanya memiliki peran penting dalam dunia kuliner, tetapi juga memiliki potensi untuk mendukung berbagai industri lainnya. Namun, seperti halnya konsumsi lemak lainnya, penting untuk memperhatikan jumlah asupan lemak ayam agar tetap menjaga pola makan yang sehat dan seimbang.

2.     Potensi bahan pakan lokal dari limbah pertanian dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitas unggas (ayam broiler)

Potensi bahan pakan lokal dari limbah pertanian dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitas unggas, khususnya ayam broiler, sangat besar dan memiliki berbagai manfaat. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang mahal, tetapi juga memberikan solusi ramah lingkungan yang dapat mendukung keberlanjutan sistem peternakan. Berbagai bahan pakan lokal, seperti daun mayana, daun gamal, ampas sagu, kulit buah naga, dedak, dan jagung, menawarkan keunggulan masing-masing yang dapat meningkatkan efisiensi pakan, pertumbuhan ternak, dan kualitas karkas ayam broiler. Daun mayana (Solenostemon scutellarioides) merupakan salah satu bahan pakan yang sangat potensial untuk ayam broiler. Meskipun tanaman ini lebih dikenal sebagai tanaman hias, penelitian menunjukkan bahwa daun mayana dapat meningkatkan laju pertumbuhan ayam dan bobot karkas. Kandungan serat dalam daun mayana dapat memberikan tekstur daging yang lebih padat, sekaligus mengurangi kadar lemak pada karkas ayam. Selain itu, senyawa bioaktif seperti tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri dalam daun mayana memiliki manfaat sebagai antimikroba, obat cacing, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam. Senyawa-senyawa tersebut membantu menjaga kesehatan ternak, yang pada gilirannya mendukung produktivitas yang lebih baik. Daun gamal (Gliricidia sepium) juga merupakan bahan pakan lokal yang berpotensi besar untuk ayam broiler. Tanaman ini banyak tumbuh di lahan kosong atau di sepanjang jalan dan mengandung protein nabati yang berguna untuk mendukung pertumbuhan ayam. Selain protein, daun gamal mengandung senyawa aktif seperti tanin dan saponin yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas karkas ayam broiler dengan menurunkan kadar lemak dalam daging dan meningkatkan kualitas daging secara keseluruhan. Daun gamal juga mengandung antioksidan yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh ayam, menjaga kesehatan ternak, dan mengurangi risiko penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Ampas sagu (Metroxylon sagu) adalah limbah pertanian lainnya yang memiliki potensi sebagai bahan pakan ayam broiler. Meskipun ampas sagu kaya akan serat yang dapat menghambat proses pencernaan, teknologi pengolahan seperti fermentasi atau amoniasi dapat mengurangi kadar serat dan meningkatkan kandungan protein dalam ampas sagu. Proses pengolahan ini akan meningkatkan kecernaan dan nilai gizi dari ampas sagu, menjadikannya bahan pakan yang lebih bergizi dan lebih mudah dicerna oleh ayam. Selain itu, ampas sagu juga dapat menjadi alternatif pakan yang lebih murah dan lebih mudah didapat di daerah penghasil sagu, sehingga dapat mengurangi biaya pakan dan meningkatkan efisiensi produksi. Kulit buah naga (Selenicereus spp.), yang sering dianggap sebagai limbah, juga memiliki potensi besar sebagai bahan pakan ternak. Kulit buah naga mengandung antosianin, yaitu senyawa yang memiliki sifat antioksidan yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa tepung kulit buah naga dapat meningkatkan palatabilitas pakan, sehingga ayam broiler lebih menyukainya. Selain itu, kandungan antioksidan dalam kulit buah naga dapat meningkatkan kualitas karkas ayam, dengan mengurangi kerusakan akibat oksidasi lemak dalam daging. Kulit buah naga juga dapat memperbaiki metabolisme tubuh ayam, mendukung kesehatan pencernaan, serta meningkatkan kualitas gizi daging yang dihasilkan, menjadikannya pilihan yang baik untuk meningkatkan kualitas pakan.

Selain bahan-bahan pakan tersebut, dedak dan jagung, yang merupakan produk sampingan dari penggilingan padi dan biji-bijian, juga sering digunakan dalam pakan ayam broiler. Dedak mengandung karbohidrat, protein, dan serat yang penting untuk pertumbuhan ayam, sementara jagung menyediakan sumber energi yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas dan pertumbuhan. Kedua bahan ini mudah didapat dan harganya lebih terjangkau dibandingkan pakan komersial, sehingga menjadi pilihan yang efisien untuk peternak.

Namun, untuk memaksimalkan manfaat bahan pakan lokal ini, pengolahan yang tepat sangat diperlukan. Teknologi seperti fermentasi atau amoniasi dapat digunakan untuk meningkatkan kecernaan pakan dan mengurangi kandungan serat yang tinggi, sehingga ayam broiler dapat menyerap nutrisi dengan lebih baik. Proses ini juga dapat meningkatkan kandungan protein dalam pakan, membuatnya lebih bergizi dan mendukung pertumbuhan ayam yang optimal. Dengan pengolahan yang tepat, bahan pakan lokal ini dapat menjadi alternatif yang efektif dan berkelanjutan, membantu peternak untuk mengurangi biaya pakan, meningkatkan kualitas daging ayam, serta mendukung keberlanjutan usaha peternakan secara keseluruhan.

3. Proses pengolahan lemak unggas memiliki dampak terhadap sifat fungsional dan keamanan pangan

Proses pengolahan lemak unggas, yang mencakup pemanasan, pemurnian, dan penyaringan, dapat memengaruhi sifat fungsional serta keamanan pangan. Berbagai teknik pengolahan ini sering digunakan untuk meningkatkan rasa, aroma, dan tekstur lemak unggas, namun juga berpotensi menurunkan kualitas fungsional dan meningkatkan risiko kontaminasi mikroba atau perubahan kimia yang berdampak pada kesehatan.

Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Sifat Fungsional Lemak Unggas

Pemanasan lemak unggas, yang sering dilakukan dalam proses pengolahan, dapat menyebabkan perubahan pada komposisi asam lemak, khususnya pada suhu yang tinggi. Proses pemanasan berlebihan dapat menyebabkan oksidasi lemak, menghasilkan produk sampingan seperti asam lemak trans dan aldehida yang dapat merugikan kesehatan. Asam lemak trans yang terbentuk selama pengolahan diketahui memiliki dampak negatif pada kesehatan kardiovaskular jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Selain itu, oksidasi dapat mengurangi kandungan asam lemak esensial, seperti asam linoleat (omega-6), yang berperan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Oleh karena itu, pemanasan yang tidak tepat tidak hanya berisiko merusak kualitas sensorik lemak unggas, tetapi juga dapat menurunkan manfaat gizinya.

Selain pemanasan, proses pemurnian lemak unggas juga memengaruhi kualitasnya. Penyaringan yang tidak sempurna atau pemurnian yang kurang baik dapat meninggalkan residu kotoran, bahan kimia, atau zat berbahaya lainnya yang berpotensi memengaruhi rasa, aroma, dan keamanan lemak. Pengolahan yang tidak teliti dapat menghasilkan lemak dengan kualitas yang lebih rendah, baik dalam hal rasa maupun keamanan konsumsi. Sebaliknya, pemurnian dan penyaringan yang tepat dapat meningkatkan kestabilan lemak unggas dan mempertahankan kualitas organoleptiknya, sehingga lemak tersebut tetap dapat digunakan dalam berbagai aplikasi kuliner.

Dampak Pengolahan terhadap Keamanan Pangan

Keamanan pangan menjadi perhatian utama dalam pengolahan lemak unggas. Pengolahan yang tidak tepat, terutama dalam hal pemanasan atau penyimpanan, dapat meningkatkan risiko kontaminasi mikroba. Unggas mentah, termasuk lemaknya, dapat mengandung patogen berbahaya seperti Salmonella dan Campylobacter, yang dapat berkembang biak jika tidak dipanaskan pada suhu yang cukup tinggi atau jika disimpan dalam kondisi yang tidak aman. Proses pengolahan yang tidak optimal, misalnya pemanasan yang tidak merata atau suhu yang tidak cukup tinggi, dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Oleh karena itu, kontrol suhu yang ketat selama pengolahan dan penyimpanan lemak unggas sangat penting untuk mencegah kontaminasi mikroba.

Selain risiko mikrobiologis, proses oksidasi lemak unggas selama pengolahan juga perlu diperhatikan. Oksidasi lemak dapat terjadi ketika lemak terpapar oksigen, terutama pada suhu tinggi, yang menghasilkan produk sampingan berbahaya seperti radikal bebas. Produk-produk oksidasi ini tidak hanya dapat merusak kualitas sensorik lemak, seperti rasa dan aroma, tetapi juga berpotensi meningkatkan risiko masalah kesehatan, termasuk peradangan dan gangguan jantung. Oleh karena itu, pengolahan lemak unggas harus dilakukan dengan hati-hati, dengan memperhatikan suhu dan waktu yang tepat untuk menghindari oksidasi berlebihan.

Penyimpanan dan Stabilitas Lemak Unggas

Selain proses pengolahan, penyimpanan lemak unggas juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas dan keamanannya. Lemak unggas yang disimpan pada suhu yang tidak tepat dapat mempercepat proses oksidasi dan meningkatkan risiko pertumbuhan mikroba. Penyimpanan pada suhu rendah, seperti pembekuan, dapat memperlambat oksidasi dan mempertahankan kualitas lemak dalam jangka panjang. Namun, jika lemak unggas disimpan terlalu lama atau dalam kondisi yang buruk, kualitas sensorik, seperti rasa dan tekstur, dapat menurun, dan kandungan gizinya bisa berkurang. Oleh karena itu, pengendalian suhu yang baik selama penyimpanan sangat penting untuk mempertahankan kualitas lemak unggas dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

4. Kandungan lemak unggas dalam produk pangan dapat memengaruhi kesehatan konsumen

Kandungan lemak dalam unggas, memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi kesehatan konsumen. Lemak tidak hanya memberikan rasa pada daging, tetapi juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan yang perlu diperhatikan. Kandungan lemak dalam unggas memiliki pengaruh positif diantaranya sebagai sumber energi, membantu penyerapan vitamin, dan membantu memberikan rasa. Lemak merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam beberapa jenis unggas dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan mengurangi risiko penyakit jantung. Lemak membantu tubuh menyerap vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K yang penting untuk berbagai fungsi tubuh. Lemak juga memberikan rasa yang lezat dan tekstur yang lembut pada daging unggas, sehingga meningkatkan kenikmatan saat dikonsumsi. Lemak unggas tak hanya memiliki pengaruh positif, namun juga memiliki pengaruh Negatif seperti dapat menaikkan berat badan, beresiko menyebabkan penyakit jantung, dan peradangan kronis.

Konsumsi lemak berlebihan, terutama lemak jenuh, dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh dan berujung pada obesitas. Lemak jenuh juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang dapat menumpuk di dinding arteri dan menyebabkan penyakit jantung. Beberapa jenis lemak dapat memicu peradangan kronis dalam tubuh, yang dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Kandungan lemak pada unggas dapat menimbulkan manfaat dan risiko bagi kesehatan. Dengan memilih jenis unggas yang tepat, bagian tubuh yang rendah lemak, dan cara memasak yang sehat, maka tidak perlu khawatir akan dampak negatifnya bagi kesehatan.

5.Pemanfaatan lemak unggas dalam pakan ternak berdampak pada komposisi lemak hewan ternak lain yang dikonsumsi manusia

Pemanfaatan lemak unggas dalam pakan ternak dapat berdampak pada komposisi lemak hewan ternak lain. Lemak memiliki kecenderungan dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan. Jika lemak unggas yang diberikan pada pakan mengandung senyawa tertentu, maka senyawa tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan lemak hewan ternak lain yang mengkonsumsinya. Proses metabolisme dalam tubuh hewan ternak dapat mengubah komposisi lemak yang berasal dari pakan. Lemak unggas yang masuk ke tubuh hewan ternak dapat diubah menjadi jenis lemak lain, yang kemudian terdeposit dalam jaringan tubuhnya.

6. Optimalisasi penggunaan lemak unggas sebagai bahan substitusi untuk lemak hewani lainnya dalam produk pangan

Penggunaan lemak unggas sebagai alternatif lemak hewani lainnya dalam produk pangan memiliki beberapa keunggulan, seperti profil asam lemak yang lebih baik dan ketersediaan yang melimpah. Namun, untuk mencapai optimalisasi, perlu pertimbangan yang cermat terhadap beberapa aspek seperti pemilihan jenis lemak unggas, proses ekstraksi, metode pemurnian, san perlunya dilakukan evaluasi Kualitas Produk. Pemilihan jenis lemak unggas yang tepat dapat dilihat dari beberapa hal seperti ketersediaannya lemak unggas, tekstur dan kandungan lemak yang diinginkan. Pemilihan proses ekstraksi dan pemurnian harus tepat karena pemilihan metode ekstraksi yang tepat akan mempengaruhi kualitas lemak yang dihasilkan. Sedangkan proses pemurnian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, bau tidak sedap, dan komponen yang tidak diinginkan jadi harus benar-benar memperhatikan metode yang dipilih agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Evaluasi Kualitas Produk harud dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang konsisten dan memenuhi kebutuhan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa pemanfaatan lemak unggas dan bahan pakan lokal memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas unggas sekaligus mendukung keberlanjutan industri pangan. Lemak unggas mengandung asam lemak esensial dan komponen bioaktif yang tidak hanya meningkatkan performa dan kesehatan ternak tetapi juga berpotensi sebagai pengganti lemak konvensional dalam produk pangan. Proses pengolahan lemak unggas harus dilakukan secara cermat untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan, menghindari risiko oksidasi dan kontaminasi mikroba. Selain itu, pemanfaatan bahan pakan lokal dari limbah pertanian, seperti daun mayana, daun gamal, dan ampas sagu, mampu meningkatkan efisiensi pakan dan kualitas daging ayam broiler, mengurangi ketergantungan pada bahan impor. Penggunaan lemak unggas sebagai substitusi lemak hewani lain dalam produk pangan juga terbukti memiliki profil nutrisi yang baik dan ketersediaan yang lebih ekonomis. Secara keseluruhan, optimalisasi penggunaan lemak unggas dan bahan pakan lokal dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk ternak, mendukung keamanan pangan, serta mendukung keberlanjutan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Anggraeni, D. S. (2023). Peningkatan kualitas internal telur bebek lokal melalui penambahan tepung daun talas . JURNAL PENELITIAN HEWAN DAN KEDOKTERAN HEWAN MAJ, 421-428.

S. Faradila, N. T. (2022). The energy and fat digestibility of finisher phase broiler with . IOP Publishing, 1-4.

Wahida, I. I. (2023). Optimization of the use of local feed ingredients from . IOP Publishing, 1-6.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cushion Instaperfect atau Skintific? Temukan Pilihan Tepat untuk Tampilan Sempurna!

Apa Itu Koloid? Pengertian, Jenis, dan Aplikasinya dalam Kehidupan