Pengaruh Pakan terhadap Kandungan Lemak Unggas serta Dampak Pengolahan Lemak Unggas terhadap Sifat Fungsional dan Keamanan Pangan
Pengaruh Pakan terhadap Kandungan Lemak Unggas serta Dampak Pengolahan Lemak Unggas terhadap Sifat Fungsional dan Keamanan Pangan
Usaha peternakan ayam pedaging memiliki potensi yang
besar untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat melalui
produksi daging. Performa produksi ayam pedaging dipengaruhi oleh faktor
genetik, pakan yang efisien, lingkungan, serta obat-obatan yang tepat. Namun,
terbatasnya ketersediaan bahan pakan lokal menjadi tantangan utama dalam usaha
peternakan unggas. Bahan baku pakan seperti bungkil kedelai, jagung, dan tepung
ikan sebagian besar masih diimpor, yang menyebabkan tingginya biaya produksi.
Menurut penelitian [1], pakan menyumbang sekitar 70% dari total biaya produksi
unggas, sehingga perlu adanya efisiensi dalam penggunaan bahan pakan agar dapat
meningkatkan produksi ternak secara optimal. Salah satu solusi untuk menekan
biaya pakan adalah dengan memanfaatkan limbah bernutrisi tinggi yang tersedia
secara melimpah, seperti ampas susu kedelai (SMW).
SMW merupakan limbah dari industri susu kedelai yang
mengandung nutrisi seperti protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kalsium,
dan fosfor yang bermanfaat sebagai sumber pakan. Namun, penggunaannya terbatas
pada persentase kecil dalam ransum unggas karena kandungan serat kasarnya yang
tinggi dan adanya senyawa antinutrisi seperti asam fitat. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas SMW melalui proses fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme, seperti Jamur Aspergillus ficum, dapat menurunkan kadar serat kasar
dan asam fitat sehingga SMW dapat dimanfaatkan lebih optimal dalam ransu ayam
pedaging .
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan
daging dan telur yang rendah lemak dan kolesterol, peternak unggas dituntut
untuk menyediakan produk unggas dengan profil lemak yang lebih sehat, yaitu
yang kaya akan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Salah satu cara untuk
mencapai ini adalah dengan menambahkan bahan pakan yang kaya PUFA, seperti
minyak kanola, minyak biji rami, dan minyak ikan, atau tanaman lokal seperti
gooseberry bintang (Sauropus androgini) yang diketahui mengandung berbagai metabolit
sekunder dengan sifat antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi. Pemberian
ransum berbahan dasar daun gooseberry kering yang difermentasi dapat
meningkatkan kadar PUFA dan menurunkan kadar kolesterol dalam daging dan telur
unggas .
Di Indonesia, penggunaan antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan telah dilarang sejak 2018 karena risiko resistensi antibiotik. Oleh
karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan alternatif antibiotik
alami, seperti herba lokal yang difermentasi. Herba lokal seperti bunga
mahkota, pakis, dan serai wangi dapat diformulasikan sebagai probiotik yang
berpotensi mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang baik bagi kesehatan
saluran pencernaan unggas. Bakteri BAL, seperti Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium
sp., memiliki peran penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan
meningkatkan sistem imun unggas .
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
efektivitas penggunaan SMW fermentasi, bahan pakan dengan kandungan PUFA
tinggi, serta herba lokal fermentasi terhadap performa produksi ayam pedaging,
komposisi asam lemak pada daging dan telur, serta kesehatan saluran pencernaan
unggas.
Metode Penelitian
1. Persetujuan
Etik
Penelitian ini telah
memperoleh persetujuan etik dengan nomor 350/UN52.8/KL/2023.
2. Desain
Penelitian
Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali pengulangan (untuk
ayam) dan 4 perlakuan dengan 4 ulangan (untuk bebek).
Perlakuan untuk ayam
meliputi:
· A1:
Pakan berbentuk tumbuk
· A2:
Pakan berbentuk pelet
· A3:
Pakan berbentuk pelet dengan perekat
Perlakuan untuk bebek
meliputi jumlah pemberian pakan pada waktu yang berbeda (1 kali, 2 kali, 3
kali, dan 4 kali sehari).
3. Prosedur Penelitian
- Bahan
pakan berasal dari limbah pertanian yang dicampur menjadi pakan dengan tiga
bentuk: tumbuk, pelet, dan pelet dengan perekat.
- Ayam
diberi masa adaptasi 5 hari, kemudian diberi pakan sesuai perlakuan selama masa
pertumbuhan (hingga umur 35 hari).
- Total
ayam yang digunakan adalah 45 ekor untuk penelitian ayam, dengan tiap perlakuan
diulang 3 kali. Sementara pada bebek, terdapat 100 ekor yang dibagi dalam 25
kandang.
4. Parameter yang Diukur
- Kecernaan
energi metabolis: Mengukur konsumsi energi, ekskresi energi, dan retensi
energi.
- Kecernaan
lemak: Mengukur konsumsi lemak kasar, ekskresi lemak kasar, dan retensi lemak
kasar.
- Pengukuran
dilakukan dengan menghitung jumlah konsumsi, ekskresi, dan retensi energi atau
lemak kasar yang diterima atau dikeluarkan oleh ayam atau bebek.
5. Bahan Pakan
Pakan yang digunakan
adalah pakan fase Finisher Pellet P11G untuk ayam. Pada penelitian bebek, ada
tambahan ekstrak daun gooseberry bintang yang ditambahkan ke dalam ransum
perlakuan dengan konsentrasi yang bervariasi (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%).
6. Analisis
Semua data penelitian
dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS.
7.Prosedur Ekstraksi dan
Analisis Lipid
Lipid telur dianalisis
menggunakan metode ekstraksi dengan eter, kolesterol menggunakan metode Kleiner
dan Dotti, dan komposisi asam lemak dengan kromatografi gas.
Hasil
dan Pembahasan
1. Definisi
Lemak Unggas
Lemak
unggas merujuk pada lemak yang berasal dari berbagai jenis unggas, seperti
ayam, bebek, kalkun, dan burung lainnya. Lemak ini biasanya ditemukan di bawah
kulit unggas atau di sekitar organ tubuhnya, berfungsi sebagai cadangan energi
bagi hewan tersebut. Karakteristik utama lemak unggas adalah titik leleh yang
relatif rendah, yang memungkinkan lemak ini meleleh dengan cepat saat
dipanaskan. Dalam dunia kuliner, lemak unggas sering digunakan untuk memberi
rasa gurih dan kelembutan pada daging unggas, serta meningkatkan tekstur pada
masakan. Lemak unggas bisa dimanfaatkan dalam berbagai cara,
seperti untuk menggoreng, menumis, atau sebagai bahan penyedap dalam sup, saus,
dan hidangan lainnya. Salah satu jenis lemak unggas yang paling umum digunakan
adalah lemak ayam. Lemak ayam diperoleh sebagai produk sampingan dari proses
pengolahan atau penyangraian ayam, yang terkumpul di bawah kulit atau di
sekitar organ tubuh ayam. Keistimewaan lemak ayam terletak pada kandungan asam
linoleatnya yang tinggi, yaitu asam lemak omega-6. Kadar asam linoleat dalam
lemak ayam berkisar antara 17,9% hingga 22,8%, menjadikannya salah satu sumber
utama omega-6 dari produk hewani. Omega-6 sangat penting bagi tubuh, namun
konsumsi berlebihan tanpa keseimbangan dengan asam lemak omega-3 dapat
meningkatkan risiko masalah kesehatan, terutama terkait dengan kesehatan
jantung. Oleh karena itu, meskipun lemak ayam memiliki manfaat, penting untuk
mengonsumsinya dengan bijak.
Selain
digunakan dalam masakan, lemak ayam juga memiliki berbagai aplikasi lain. Lemak
ayam sering dimanfaatkan dalam pembuatan makanan hewan peliharaan, sebagai
bahan tambahan yang memberi energi dan nutrisi bagi hewan tersebut. Selain itu,
lemak ayam telah digunakan dalam industri energi, terutama untuk produksi
biodiesel. Salah satu cara untuk mengubah lemak ayam menjadi biodiesel adalah
melalui proses pengolahan metanol superkritis. Proses ini memungkinkan lemak ayam diubah menjadi biofuel, yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan berbagai manfaat
tersebut, lemak ayam tidak hanya memiliki peran penting dalam dunia kuliner,
tetapi juga memiliki potensi untuk mendukung berbagai industri lainnya. Namun,
seperti halnya konsumsi lemak lainnya, penting untuk memperhatikan jumlah
asupan lemak ayam agar tetap menjaga pola makan yang sehat dan seimbang.
2.
Potensi bahan pakan lokal dari limbah
pertanian dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitas unggas (ayam broiler)
Potensi
bahan pakan lokal dari limbah pertanian dalam mendukung pertumbuhan dan
produktivitas unggas, khususnya ayam broiler, sangat besar dan memiliki
berbagai manfaat. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan tidak hanya
dapat mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang mahal, tetapi juga
memberikan solusi ramah lingkungan yang dapat mendukung keberlanjutan sistem
peternakan. Berbagai bahan pakan lokal, seperti daun mayana, daun gamal, ampas
sagu, kulit buah naga, dedak, dan jagung, menawarkan keunggulan masing-masing
yang dapat meningkatkan efisiensi pakan, pertumbuhan ternak, dan kualitas
karkas ayam broiler. Daun mayana (Solenostemon scutellarioides) merupakan salah
satu bahan pakan yang sangat potensial untuk ayam broiler.
Meskipun tanaman ini lebih dikenal sebagai tanaman hias, penelitian menunjukkan
bahwa daun mayana dapat meningkatkan laju pertumbuhan ayam dan bobot karkas.
Kandungan serat dalam daun mayana dapat memberikan tekstur daging yang lebih
padat, sekaligus mengurangi kadar lemak pada karkas ayam. Selain itu, senyawa
bioaktif seperti tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri dalam
daun mayana memiliki manfaat sebagai antimikroba, obat cacing, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam. Senyawa-senyawa tersebut membantu
menjaga kesehatan ternak, yang pada gilirannya mendukung produktivitas yang
lebih baik. Daun gamal (Gliricidia sepium) juga merupakan bahan pakan lokal
yang berpotensi besar untuk ayam broiler. Tanaman ini banyak tumbuh di lahan
kosong atau di sepanjang jalan dan mengandung protein nabati yang berguna untuk
mendukung pertumbuhan ayam. Selain protein, daun gamal mengandung senyawa aktif
seperti tanin dan saponin yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas karkas
ayam broiler dengan menurunkan kadar lemak dalam daging dan meningkatkan
kualitas daging secara keseluruhan. Daun gamal juga mengandung antioksidan yang
dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh ayam, menjaga kesehatan ternak, dan
mengurangi risiko penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Ampas
sagu (Metroxylon sagu) adalah limbah pertanian lainnya yang memiliki
potensi sebagai bahan pakan ayam broiler. Meskipun ampas sagu kaya akan serat
yang dapat menghambat proses pencernaan, teknologi pengolahan seperti
fermentasi atau amoniasi dapat mengurangi kadar serat dan meningkatkan
kandungan protein dalam ampas sagu. Proses pengolahan ini akan meningkatkan
kecernaan dan nilai gizi dari ampas sagu, menjadikannya bahan pakan yang lebih
bergizi dan lebih mudah dicerna oleh ayam. Selain itu, ampas sagu juga dapat
menjadi alternatif pakan yang lebih murah dan lebih mudah didapat di daerah
penghasil sagu, sehingga dapat mengurangi biaya pakan dan meningkatkan
efisiensi produksi. Kulit buah naga (Selenicereus spp.), yang sering dianggap
sebagai limbah, juga memiliki potensi besar sebagai bahan pakan ternak. Kulit
buah naga mengandung antosianin, yaitu senyawa yang memiliki sifat antioksidan
yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa tepung kulit buah naga dapat
meningkatkan palatabilitas pakan, sehingga ayam broiler lebih menyukainya.
Selain itu, kandungan antioksidan dalam kulit buah naga dapat meningkatkan kualitas
karkas ayam, dengan mengurangi kerusakan akibat oksidasi lemak dalam daging.
Kulit buah naga juga dapat memperbaiki metabolisme tubuh ayam, mendukung
kesehatan pencernaan, serta meningkatkan kualitas gizi daging yang dihasilkan,
menjadikannya pilihan yang baik untuk meningkatkan kualitas pakan.
Namun,
untuk memaksimalkan manfaat bahan pakan lokal ini, pengolahan yang tepat sangat
diperlukan. Teknologi seperti fermentasi atau amoniasi dapat digunakan untuk
meningkatkan kecernaan pakan dan mengurangi kandungan serat yang tinggi,
sehingga ayam broiler dapat menyerap nutrisi dengan lebih baik. Proses ini juga
dapat meningkatkan kandungan protein dalam pakan, membuatnya lebih bergizi dan
mendukung pertumbuhan ayam yang optimal. Dengan pengolahan yang tepat, bahan
pakan lokal ini dapat menjadi alternatif yang efektif dan berkelanjutan,
membantu peternak untuk mengurangi biaya pakan, meningkatkan kualitas daging
ayam, serta mendukung keberlanjutan usaha peternakan secara keseluruhan.
3. Proses
pengolahan lemak unggas memiliki dampak terhadap sifat fungsional dan keamanan
pangan
Proses pengolahan lemak
unggas, yang mencakup pemanasan, pemurnian, dan penyaringan, dapat memengaruhi
sifat fungsional serta keamanan pangan. Berbagai teknik pengolahan ini sering
digunakan untuk meningkatkan rasa, aroma, dan tekstur lemak unggas, namun juga
berpotensi menurunkan
kualitas fungsional dan meningkatkan risiko kontaminasi mikroba atau perubahan
kimia yang berdampak pada kesehatan.
Pengaruh Proses Pengolahan terhadap
Sifat Fungsional Lemak Unggas
Pemanasan
lemak unggas, yang sering dilakukan dalam proses pengolahan, dapat menyebabkan
perubahan pada komposisi asam lemak, khususnya pada suhu yang tinggi. Proses
pemanasan berlebihan dapat menyebabkan oksidasi lemak, menghasilkan produk
sampingan seperti asam lemak trans dan aldehida yang dapat merugikan kesehatan.
Asam lemak trans yang terbentuk selama pengolahan diketahui memiliki dampak
negatif pada kesehatan kardiovaskular jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Selain itu, oksidasi dapat mengurangi kandungan asam lemak esensial, seperti
asam linoleat (omega-6), yang berperan penting dalam metabolisme tubuh manusia.
Oleh karena itu, pemanasan yang tidak tepat tidak hanya berisiko merusak
kualitas sensorik lemak unggas, tetapi juga dapat menurunkan manfaat gizinya.
Selain
pemanasan, proses pemurnian lemak unggas juga memengaruhi kualitasnya.
Penyaringan yang tidak sempurna atau pemurnian yang kurang baik dapat
meninggalkan residu kotoran, bahan kimia, atau zat berbahaya lainnya yang
berpotensi memengaruhi rasa, aroma, dan keamanan lemak. Pengolahan yang tidak
teliti dapat menghasilkan lemak dengan kualitas yang lebih rendah, baik dalam
hal rasa maupun keamanan konsumsi. Sebaliknya, pemurnian dan penyaringan yang
tepat dapat meningkatkan kestabilan lemak unggas dan mempertahankan kualitas
organoleptiknya, sehingga lemak tersebut tetap dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi kuliner.
Dampak Pengolahan
terhadap Keamanan Pangan
Selain
risiko mikrobiologis, proses oksidasi lemak unggas selama pengolahan juga perlu
diperhatikan. Oksidasi lemak dapat terjadi ketika lemak terpapar oksigen,
terutama pada suhu tinggi, yang menghasilkan produk sampingan berbahaya seperti
radikal bebas. Produk-produk oksidasi ini tidak hanya dapat merusak kualitas
sensorik lemak, seperti rasa dan aroma, tetapi juga berpotensi meningkatkan
risiko masalah kesehatan, termasuk peradangan dan gangguan jantung. Oleh karena
itu, pengolahan lemak unggas harus dilakukan dengan hati-hati, dengan
memperhatikan suhu dan waktu yang tepat untuk menghindari oksidasi berlebihan.
Penyimpanan dan
Stabilitas Lemak Unggas
4. Kandungan lemak
unggas dalam produk pangan dapat memengaruhi kesehatan konsumen
Kandungan lemak dalam
unggas, memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi kesehatan konsumen.
Lemak tidak hanya memberikan rasa pada daging, tetapi juga memiliki pengaruh
terhadap kesehatan yang perlu diperhatikan. Kandungan lemak dalam unggas memiliki
pengaruh positif diantaranya sebagai sumber energi, membantu penyerapan
vitamin, dan membantu memberikan rasa. Lemak merupakan sumber energi yang
penting bagi tubuh. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam beberapa jenis
unggas dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan mengurangi
risiko penyakit jantung. Lemak membantu tubuh menyerap vitamin larut lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K yang penting untuk berbagai
fungsi tubuh. Lemak juga memberikan rasa yang lezat dan tekstur yang lembut
pada daging unggas, sehingga meningkatkan kenikmatan saat dikonsumsi. Lemak
unggas tak hanya memiliki pengaruh positif, namun juga memiliki pengaruh
Negatif seperti dapat menaikkan berat badan, beresiko menyebabkan penyakit
jantung, dan peradangan kronis.
Konsumsi
lemak berlebihan, terutama lemak jenuh, dapat menyebabkan penumpukan lemak
dalam tubuh dan berujung pada obesitas. Lemak jenuh juga dapat meningkatkan
kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang dapat menumpuk di dinding arteri
dan menyebabkan penyakit jantung. Beberapa jenis lemak dapat memicu peradangan
kronis dalam tubuh, yang dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti diabetes,
penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Kandungan lemak pada unggas dapat
menimbulkan manfaat dan risiko bagi kesehatan. Dengan memilih jenis unggas yang
tepat, bagian tubuh yang rendah lemak, dan cara memasak yang sehat, maka tidak
perlu khawatir akan dampak negatifnya bagi kesehatan.
5.Pemanfaatan lemak
unggas dalam pakan ternak berdampak pada komposisi lemak hewan ternak lain yang
dikonsumsi manusia
Pemanfaatan lemak unggas
dalam pakan ternak dapat berdampak pada komposisi lemak hewan ternak lain.
Lemak memiliki kecenderungan dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan.
Jika lemak unggas yang diberikan pada pakan mengandung senyawa tertentu, maka senyawa
tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan lemak hewan ternak lain yang
mengkonsumsinya. Proses
metabolisme dalam tubuh hewan ternak dapat mengubah komposisi lemak yang
berasal dari pakan. Lemak unggas yang masuk ke tubuh hewan ternak dapat diubah
menjadi jenis lemak lain, yang kemudian terdeposit dalam jaringan tubuhnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa
pemanfaatan lemak unggas dan bahan pakan lokal memiliki potensi besar dalam
meningkatkan produktivitas unggas sekaligus mendukung keberlanjutan industri
pangan. Lemak unggas mengandung asam lemak esensial dan komponen bioaktif yang
tidak hanya meningkatkan performa dan kesehatan ternak tetapi juga berpotensi
sebagai pengganti lemak konvensional dalam produk pangan. Proses pengolahan
lemak unggas harus dilakukan secara cermat untuk menjaga kualitas dan keamanan
pangan, menghindari risiko oksidasi dan kontaminasi mikroba. Selain itu,
pemanfaatan bahan pakan lokal dari limbah pertanian, seperti daun mayana, daun
gamal, dan ampas sagu, mampu meningkatkan efisiensi pakan dan kualitas daging
ayam broiler, mengurangi ketergantungan pada bahan impor. Penggunaan lemak
unggas sebagai substitusi lemak hewani lain dalam produk pangan juga terbukti
memiliki profil nutrisi yang baik dan ketersediaan yang lebih ekonomis. Secara
keseluruhan, optimalisasi penggunaan lemak unggas dan bahan pakan lokal dapat
meningkatkan efisiensi dan kualitas produk ternak, mendukung keamanan pangan,
serta mendukung keberlanjutan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni Anggraeni,
D. S. (2023). Peningkatan kualitas internal telur bebek lokal melalui
penambahan tepung daun talas . JURNAL PENELITIAN HEWAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
MAJ, 421-428.
S. Faradila, N. T. (2022). The energy and fat digestibility
of finisher phase broiler with . IOP Publishing, 1-4.
Wahida, I. I. (2023). Optimization of the use of local feed
ingredients from . IOP Publishing, 1-6.
Komentar
Posting Komentar